Ku Pilih Cinta-Nya

~Sebuah Cerpen Pertamaku pada 1 Desember 2011 pukul 22:01 untuk Memenuhi Salahsatu Tugas Semasa SMA dengan 1.275 kata.
Ku Pilih Cinta-Nya
Malam telah menyelimuti siang. Matahari telah kembali keperaduaanya dan bergantikan dengan bulan purnama yang terang benderang. Namun, ku tetap harus berada di tempat yang sebenarnya, sungguh sangat tidak ku harapkan.
Ku termangu di depan layar kotak kecil nan canggih ini. Ku baca dengan serius sebuah artikel di intenet yang cukup menyirami jiwa yang cukup gersang ini.
Sebuah artikel berjudul “ Jika Aku Jatuh Cinta.”

“Ya Allah., jika aku jatuh cinta, cintakanlah aku pada seseorang yang melabuhkan cintanya pada Mu, agar bertambah kekuatanku untuk mencintai Mu, Ya Muhaimin, jika aku jatuh cinta, jagalah cintaku padanya agar tidak melebihi cintaku pada Mu”.
“Ya Allah., jika aku jatuh hati, izinkan aku menyentuh hati seseorang yang hatinya terpaut pada Mu. Agar aku tidak terjatuh dalam jurang cinta semu”
“Ya Rabbana., jika aku jatuh hati, jagalah hatiku padanya agar tidak berpaling dari Mu”.
“Ya Rabbul Izzati,, jika aku rindu, rindukanlah aku pada seseorang yang merindukan syahid dijalan Mu”.
“Ya Allah., Jika aku rindu, jagalah rinduku agar tidak lalai dalam merindukan syurga Mu”.
“Ya Allah., jika aku menikmati cinta kekasih Mu, janganlah cinta itu melebihi kenikmatan indahnya bermunajat di sepertiga malam terakhir bersama Mu”.
“Ya Allah., Jika kau halalkan aku merindui kekasih Mu. Jangan biarkan aku melampaui batas sehigga melupakan aku pada cinta hakiki dan dari rindu abadi hanya kepada Mu”.
“Ya Allah engkau tahu bahwa hati kami telah terhimpun dalam cinta kepada Mu, telah berjumpa untuk selalu taat kepada Mu, telah bersatu dalam da’wah menyeru manusia kepada jalan Mu, dan telah terpadu dalam membela agama Mu. duhai Allah., penuhilah hati kami dengan cahaya Mu yang tak pernah redup, dan lapangkanlah dada kami dengan iman kepada Mu.
            Aamiin Ya Rabbal Alamiin, jawabku dalam hati mengaminkan isi artikel itu yang ternyata berupa doa.
Entah mengapa, akhir-akhir ini hatiku sering mudah terhanyut nan terbuai seperti buih di lautan yang sangatlah lemah, ku dapat dengan mudahnya merasakan getaran-getaran itu lagi.
Getaran yang sungguh tak biasa. Getaran yang jelas ku rasa dapat merusakkan jiwaku yang lemah ini.
Namun, alhamdulillah itu tidak berlangsung lama kala aku terus berusaha untuk memendam, dan melupakan rasa yang belum sepantasnya ku rasakan itu. Rasa yang terlarang bagi diriku. Terlebih bila mereka orang-orang yang mengharapkanku dapat menjadi Akhwat Sejati ini ternyata sangatlah lemah dan ternyata tak berbeda dengan peremouan-oerempuan lain di luar sana, yang mudah sekali jatuh cinta(?).
Astaghfirullah, Ya Allah! Ampunilah kekhilafan ku ini. Sunngguh, tanpa kasih sayang dan bimbinganmu aku ini lemah, lemah tak berdaya apa-apa.
Dalam renunganku yang cukup membuat hati  ini terluka lagi,  tiba-tiba hp ku berderit dan mengagetkanku da nembuyarkan angan-anganku yang telah melanglang buana entah kemana. Dan ternyata sebuah panggilan dari seorang Ikhwan yang sangat ku sayang yaitu; Ayahku dan dengan segera ku jawab segera panggilan dari ayahku itu.
“iya hallo Ayah! Assalamualaikum!”
“waalaikumussalam, Syifa.. lagi dimana kamu sekarang nak?” Tanya ayahku
“lagi di warnet yah.”
“di warnet ??!!” dengan nada terkejut
“iya, di warnet. Ada apa yah?” jawabku dengan tenang
“malam-malam begini di warnet? Ga baik perempuan malam- malam keluar rumah apalagi tidak disertai muhrimnya. Kamu tau  itu kan Syifa??”
“iya..iya.. Syifa tau ayah. Tapi ini tugas pentiiiing banget ayah, buat besok lagi. Buat guru Syifa yang super duper killer kaya monster itu loh!” jawabku, mencoba menjelaskan
“kalau tahu begitu, kenapa Syifa tidak mengerjakannya dari tadi sore saja? Tidak malam-malam begini kan bisa?”
“ya, kan ayah tahu kalo Syifa itu wanita karir, super sibuk”
“sibuk apa toh kamu ini??” (suara ayah terdengar kebingungan)
“sibuk mikirin tugasnya yah! Hhe”cekikik ku
“ya sudah-sudah, bicara sama kamu ini memang tidak pernah nyambung, dan selalu kalah terus.”
“yah begitulah yah, anak ayah gitu loh! dilawan” jawabku
“ya sudah, cepat segera pulang! Ibu dan adikmu tentu menunggu di rumah dan mencemaskanmu. Dan jangn lupa hati-hati!”
“siap bos! Segera laksanakan!”
Telfon terputus dan aku segera menyelesaikn tugasku yang terbengkalai, yang padahal sedikit lagi selesai. Sebelum off, tak lupa ku nyalakan mp3 players di handphone ku dulu untuk menemaniku di dinginnya malam ini. Sebuah nasyid islami dari Edcoustic-Masa Muda segera ku mainkan dan tak lupa ku senandungkan juga tentunya.
Masa muda usiaku kini
Warna hidup tinggal kupilih
Namun aku telah putuskan
Hidup diatas kebenaran

Masa muda penuh karya untukMu Tuhan
Yang aku persembahkan sbagai insan beriman
Mumpung muda ku tak berhenti menapak cita
Menuju negeri syurga yang nun jauh disana
Kini jelas tiap langkahku
Illahi jadi tujuanku
Apapun yang aku lakukan
Islam slalu jadi pegangan
Hmh, ini lagu selalu mengingatkan aku akan semangat teman-tenmanku, sahabat- sahabat seperjuanganku dimanapun mereka berada.
Baik yang di rohis sekolah, remaja mesjid, dan lainnya. Ana uhibbukum fillah deh! Dan yang pastinya aku dapat melupakan hal yang kurang penting itu.
***
Saat itu langit sedang memperlihatkan perasaannya. Bermimik garang, penuh kilat serta di banjiri oleh berjuta-juta air mata. Tapi entah mengapa, cuaca seperti ini tidak seperti biasanya. Tidak disertai dengan angin, bahkan yang ribut sekali pun.
Oh, Allah Sungguh Adil. Dia mengetahui kebutuhan yang dibutuhkan oleh seluruh makhluknya. Dalam  cuaca yang seperti itu, aku termenung menatap keadaan langit dengan keadaan sederhana, mengenakan rok batik, sweater putih dan tak lupa jilbab putih yang menutupi rambut berkilauku.
Tanah jalanan saat itu sedang empuk-empuknya, di tambah dengan kubangan air di setiap sudut jalan. Membuat aku harus berhati-hati pada genangan air itu, dan yang pastinya sangat lah merepotkan karena beradu dengan rintik-rintik hujan yang deras.
Dan saat-saat seperti inilah aku selalu merindukan seseorang yang dapat menemani kesendirianku, yang dapat melindungiku dari gelapnya malam, dari kejahatan orang-orang yang memiliki niat jahat dan tentunya dengan pelukan hangatnya.
Anganku tak berhenti bersajak. Walau kutahu, kau tak pernah menganggap diriku ada, meski rasa letih mendera, aku tak akan pernah melepaskannya lagi. Kau hanya mimpi yang tak akan menjadi nyata hingga segala rasa harus padam dan berakhir. Kan selalu kurasakan hadirmu antara ada dan tiada.
Sampai langkah jalan ku pun terhenti pada suatu tanah yang di penuhi dengan pohon-pohon yang rindang yang menari-nari berkolaborasi dengan derasnya air hujan. Ku tafakuri kembali, ku  mencoba untuk;

Ku pendamkan perasaan ini. .

Ku rahasiakan rasa hati ini. .

Merindukan kasih yang terputik. . .
Yang tersembunyi di dasar hati. .
Ku mohonkan petunjuk Illahi. .
 
Hadirkanlah insan yang sejati. . .

Tuk temani kesendirian ini. . .
Mendamaikan sekeping hati. . .



Illahi. . .
Berikanlah ketenangan abadi, untukku menghadapi resahnya hati ini. . .

Mendambakan kasih, insan yang kusayangi

Dalam hati ini hanya Engkau yg tau. .
#Smoga kau bahagia :)
***
Dan aku pun bertanya pada CINTA:
“Wahai CINTA, apakah sebenarnya arti dirimu??”
...
CINTA menjawab:
“CINTA adalah engkau patuh terhadap-Nya, meski kau tak melihat-Nya.Tapi engkau patuh karena engkau merasa akan hadir-Nya. Sebab CINTA bukan indera, tapi adalah rasa.”
“CINTA adalah engkau takut akan amarah-Nya, dan takut jika Ia meninggalkanmu. Takut jika Ia tak menyukaimu lagi. Lalu engkau mencari-cari alasan untuk selalu dekat dengannya, bahkan jika engkau harus menderita, atau yang lebih mengerikan dari itu.”
“CINTA adalah engkau menyimpan segala harapan pada-Nya dan tidak pada yang lain. Engkau tidak mendua dalam harapan, dan demikian selamanya. Cinta adalah engkau setia menjadi budak-Nya, yang engkau hidup untuk-Nya dan mati untuk kesukaan-Nya akan dirimu, hidup dan mati untuk-Nya dan karena-Nya. Engkau berusaha sekerasnya agar engkau diakui, hanya sebagai budak, sebagai hamba.”
“Diatas segalanya, CINTA adalah engkau merasa kasih sayang yang tunggal yang tidak engkau berikan pada yang lain, selain pada-Nya. Engkau rindu akan hadir-Nya dan melihat-Nya. Engkau suka apa yang Ia sukai dan benci apa yang Ia benci, engkau merasakan segala ada pada-Nya dan segala atas nama-Nya.”
Aku lantas bertanya pada CINTA:
“Bisakah aku merasakannya?”
 Lalu CINTA menjawab:
“Selama engkau mengetahui hakikat penciptaanmu dan bersyukur dengan apa yang Dia beri, maka itu semua akan kau rasakan, percayalah….”
Aku pun Berteriak, “Wahai KAU SANG MAHA PECINTA terimalah cintaku yang sederhana ini, izinkanlah aku merasakan cinta-Mu yang Maha Indah…”



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ringkasan Kuliah Dhuha ke-2 "Konsep Diri"

RESUME MATERI ONE MONTH BE A PUBLIC SPEAKER KE-2

RESUME MATERI ONE MONTH BE A PUBLIC SPEAKER KE-1